Saturday, July 23, 2011

Arti Istilah "Cum" dan "Ex" Dividen

“JPFA kok langsung turun 300 perak pagi ini?” tanya Riva, seorang dealer di sekuritas saham, bingung karena saham JPFA turun menjadi Rp 4675 dari harga Rp 4975 hari sebelumnya.

“Hari ini JPFA Ex Dividen Rp 365 ,” jawab Aniza.

Apa sebenarnya maksud Cum dan Ex dividen, atau Cum dan Ex, Cum dan Ex lainnya di pasar saham? 

Cum dan Ex adalah istilah yang dipakai pelaku pasar untuk membedakan hari terakhir seorang investor masih mendapat hak atas sahamnya dan hari berikutnya di mana hak tersebut sudah tidak berlaku. Hak yang dimaksud tersebut bisa dividen, saham bonus, rights, dan lain-lain.

Cum = hari terakhir bursa di mana pemegang saham masih memiliki hak atas kepemilikan saham.

Ex = satu hari kerja bursa setelah Cum dan merupakan hari pertama di mana hak atas kepemilikan saham sudah kadaluwarsa.

Mari kita lihat contoh saham JPFA yang membagikan dividen dengan jadwal berikut: 

Dividen tunai: Rp 365.
Cum dividen: 30 Juni 2011
Ex dividen: 01 Juli 2011
Tanggal pembayaran: 14 Juli 2011

Dengan mengacu jadwal di atas, investor/pemain saham yang memiliki saham JPFA sampai bursa ditutup pada tanggal 30 Juni 2011 berhak mendapat dividen JPFA sebesar Rp 365. Investor/pemain saham yang membeli JPFA pada tanggal 01 Juli 2011tanggal Ex dividen—tidak lagi berhak atas dividen tersebut.  

Anda perlu memperhatikan bahwa tanggal Ex adalah selalu satu hari kerja bursa setelah hari Cum. Perhatikan pula bahwa tanggal pembayaran dividen biasanya sekitar 10 hari kerja dari tanggal Ex dividen.

"Jadi sebenarnya berapa lama sih saya harus memegang saham JPFA untuk mendapat dividen?” tanya anda masih kurang jelas. 

Kalau anda membeli JPFA pada hari Cum dan menjual pada hari Ex, anda berhak mendapatkan dividen saham tersebut. Artinya, walaupun anda hanya memiliki saham tersebut selama satu hari, asalkan anda memegang saham tersebut sampai bursa tutup pada hari Cum, anda tetap berhak atas dividen.

Tiba-tiba anda mendapat ide cemerlang. “Kalau saya membeli saham pada hari Cum dan menjual pada hari Ex, saya bisa mendapatkan keuntungan dividen dengan mudah,” begitu pikir anda. 

Sayangnya, banyak pelaku pasar lain yang sudah terlebih dulu berpikiran sama dengan anda. Karena itu, yang biasa terjadi pada hari Ex adalah harga saham tersebut akan turun sejumlah besarnya dividen.

Coba saja perhatikan saham CPIN yang Cum dividen tunai sebesar Rp 39.80 pada tanggal 16 Juni 2011; harga penutupan pada hari itu adalah Rp 1880. Pada saat ia mulai diperdagangkan pada hari Ex—17 Juni 2011saham tersebut turun ke 1840, sebesar dividen yang sudah kadaluwarsa tersebut. Jadi bila anda membeli saham pada hari Cum dengan rencana mendapatkan dividen dan lalu menjual di hari Ex, belum tentu anda akan mendapat keuntungan.

Ini tidak berarti saham tersebut tidak akan naik lagi pada hari-hari berikutnya. Sering juga terjadi saham yang turun pada hari Ex dividen, beberapa hari kemudian kembali naik ke harga yang lebih tinggi dari harga Cum.

Coba anda perhatikan kembali saham CPIN. Pada tanggal 22 Juni 2011, tiga hari setelah hari Ex, CPIN ditutup di harga 1930. Demikian pula JPFA. Lima hari bursa setelah Ex, tanggal 08 Juli 2011 JPFA ditutup di harga 5250.

Memang, kebanyakan saham turun harganya pada hari Ex dividen tapi ada juga saham yang malahan naik. Contohnya Astra International, ASII. Saya ingat sudah beberapa kali saham ASII turun sedikit pada pembukaan perdagangan hari Ex dividen lalu langsung naik ke harga yang lebih tinggi dari harga hari sebelumnya. Artinya, investor yang memiliki saham ini selain mendapatkan dividen juga mendapat capital gain kalau ia menjual saham tersebut.

Intinya, tidak ada yang absolut di bursa saham. Kebanyakan saham akan turun pada hari Ex tapi ada juga yang naik. Beberapa hari setelah Ex, ada yang saham naik lagi tapi ada juga yang terus turun. Tapi saya berharap setelah membaca pos ini anda setidak-tidaknya tahu arti "Cum" dan "Ex" dan juga tahu alasan mengapa saham-saham Ex dividen langsung anjlok pada saat pembukaan perdagangan.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, July 16, 2011

Makna "Dow Jones" Bagi Pemain Saham Indonesia (Bagian II)

Pos “Makna ‘Dow Jones’ Bagi Pemain Saham Indonesia (BagianI)” menjelaskan apa itu Dow Jones Industrial Average. Nah, setelah anda tahu apa itu Dow Jones Industrial Average (DJIA), kini saatnya anda memahami makna dan hubungan DJIA bagi pemain saham Indonesia.

Anda sudah tahu dari pos sebelumnya bahwa DJIA adalah indeks saham-saham di Amerika Serikatyang merupakan pusat keuangan dunia, setidaknya sampai saat ini. Karena perekonomian Amerika Serikat begitu mendominasi perekonomian negara-negara lain, pergerakan harga saham-saham di sana juga mempengaruhi pergerakan saham di negara-negara lain. Kalau DJIA naik, saham di negara-negara lain biasanya ikut naik; kalau DJIA turun, saham di negara-negara lain biasanya ikut juga turun.

Kata kunci kalimat di atas adalah “biasanya.” Artinya, hal itu yang biasa terjadi tapi tidak selalu harus begitu.

Sering juga terjadi DJIA naik pada malam hari Waktu Indonesia Barat (WIB) tapi keesokan paginya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia tidak naik atau malah bergerak turun. Kebalikannya, kadang DJIA turun tapi esok pagi IHSG Indonesia tidak turun, malahan naik. 

Mengapa bisa begini?

DJIA memang mempengaruhi bursa-bursa saham lain di dunia termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Tapi walaupun IHSG Indonesia terpengaruh pergerakan DJIA, IHSG lebih condong mengikuti pergerakan bursa-bursa saham Asia pada hari yang sama, terutama bursa saham Singapura yang tercermin dari Strait Times Index (STI). Perhatikan juga bahwa BEI buka pada jam 09:30 WIB*, setelah bursa-bursa saham Asia lain (Jepang jam 07:00 WIB, Singapura jam 08:00 WIB, Hongkong 08:30 WIB, China 08:30 WIB) buka. Daripada mengikuti DJIA di Amerika Serikat, bisa dikatakan IHSG lebih condong “mengekor” bursa-bursa regional Asia.

[* NB: Mulai 02 Januari 2013, BEI buka pada jam 09:00 WIB.]

Artinya, anda jangan serta-merta menyimpulkan karena DJIA semalam naik maka IHSG pagi hari ini pasti naik. Itu yang “biasanya” terjadi, tapi tidak ada kepastian. Perhatikan dahulu pergerakan indeks-indeks saham regional Asia yang sudah buka pada pagi itu seperti Nikkei (Jepang), Strait Times (Singapura), Hang Seng (Hongkong), Shanghai Composite (China). Kalau DJIA naik dan Nikkei, Strait Times, Hang Seng, Shanghai naik, kemungkinan besar IHSG akan naik.

Tapi ada satu informasi lebih penting lain yang bisa anda dapat dengan memperhatikan pergerakan DJIA vs. IHSG: anda bisa membandingkan level bullish (atau bearish) indeks yang satu (DJIA) relatif terhadap yang lain (IHSG).

Maksud saya begini, kalau DJIA naik 1% tetapi IHSG naik 2% berarti saham-saham Indonesia lebih diminati investor daripada saham-saham Amerika; IHSG lebih bullish daripada DJIA. Kalau DJIA naik 1% tapi IHSG cuma naik 0.2% berarti saham-saham Indonesia kurang diminati; IHSG kurang bullish dibanding DJIA. Lebih-lebih lagi kalau DJIA naik 1% tapi IHSG turun 1%, ini berarti saham-saham Indonesia tidak diminati oleh investor; IHSG bearish padahal DJIA bullish. 

Bagaimana menginterpretasikan level bullish IHSG relatif terhadap DJIA? Silahkan lanjut baca ke pos "Pengaruh Gejolak Dow Jones Pada IHSG Bursa Indonesia."






Pos-pos lain yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, July 2, 2011

Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui

“BNII harganya berapa,” tanya Barli kepada pialangnya.

“Bid 3800, Offer 3825, Pak,” jawab si pialang.

“Bid BBNI 3800 sebanyak 200 lot,” perintah Barli.

Begitu kira-kira percakapan pemain saham dengan pialangnya ketika ia melakukan Bid atau Offer suatu saham.

Memang, sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, anda harus tahu posisi Bid dan Offer saham tersebut. (Untuk lebih jelas tentang arti Bid dan Offer, silahkan baca pos “Istilah ‘Bid’ dan ‘Offer’ Ketika BermainSaham.”) Tapi bid dan offer ini hanyalah satu dari empat komponen harga saham.

Keempat komponen harga saham adalah: OPEN, HIGH, LOW, CLOSE. Mari kita telaah komponen-komponen tersebut.


OPEN

OPEN adalah harga transaksi pertama suatu saham pada hari bersangkutan. Yang dimaksud transaksi adalah jual-beli yang sudah terjadi, yang bahasa Inggrisnya adalah trade done atau order matched. Kalau pada tanggal 1 Juli 2011 saham INDS ditransaksikan pertama kali pada harga Rp 4950, harga 4950 inilah yang disebut harga OPEN. 

Perhatikan: harga OPEN tidak harus sama dengan harga terakhir (CLOSE/LAST) pada hari sebelumnya. Sebagai contoh: UNTR pada tanggal 28 Juni 2011 ditutup di harga Rp 23.650, sedangkan pada tanggal 29 Juni UNTR OPEN di harga Rp 23.900.


HIGH

HIGH adalah harga tertinggi yang dicapai suatu saham pada saat/hari itu. Ketika perdagangan saham masih berlangsung, harga HIGH adalah harga tertinggi pada saat itu. Hanya ketika bursa sudah tutup, harga HIGH adalah harga tertinggi untuk hari itu. 


LOW

LOW adalah harga terendah yang dicapai suatu saham pada saat/hari itu. Ketika transaksi saham masih berjalan, harga LOW adalah harga terendah pada saat itu. Ketika bursa tutup, harga LOW adalah harga terendah untuk hari itu.


CLOSE/LAST

CLOSE--sering juga disebut LAST-- adalah harga transaksi terakhir suatu saham pada saat/hari itu. Ketika perdagangan saham masih berlangsung, harga CLOSE adalah harga terakhir yang terjadi sampai saat itu.

Harga CLOSE ini biasanya adalah harga Bid atau harga Offer pada saat itu, tergantung apakah transaksi terakhir terjadi di harga Bid atau harga Offer. Ketika bursa sudah tutup, harga CLOSE adalah harga transaksi terakhir pada hari itu.

Dari contoh Order Book BBRI 04 Juli 2011 jam 16:00 di samping ini yang saya ambil dari IPOT (Indo Premier Online Trading), coba perhatikan Prv, Op, Hi, dan Lo.

Prv (Previous) adalah harga CLOSE pada hari sebelumnya, yaitu di 6700.

Op (OPEN) BBRI di 6800, tidak harus di harga Prev 6700.

Hi (HIGH) BBRI pada hari itu adalah 6900.

Lo (LOW) BBRI pada hari itu adalah 6700.

Perhatikan juga bahwa pada tampilan IPOT di atas, tidak ada harga CLOSE/LAST. Tapi anda dapat menyimpulkan dari harga Bid 6850 dan Offer 6900 bahwa harga CLOSE/LAST adalah salah satu dari kedua harga tersebut.


(Harga CLOSE/LAST bisa dipantau di layar Done by Stock pada IPOT. Saya akan menulis pos tersendiri untuk subjek ini.)






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]