Tuesday, May 20, 2014

Banyak Data = Pasti Untung?

Minggu lalu, ketika membenahi lemari buku di rumah ibu, saya menemukan buku Indonesia Capital Market Directory tahun 1996.

Figure 1. Sampul Depan Indonesia Capital Market Directory 1996

Melihat Indonesia Capital Market Directory (ICMD) lawas itu, saya teringat masa-masa awal saya bermain saham. Nostalgia, gitu loh.

Kalau anda pernah membaca halaman "About" atau "Profil", anda tahu bahwa—sebelum menjadi trader yang mementingkan analisa teknikalsaya mulai bermain saham sebagai investor jangka menengah yang mementingkan analisa fundamental. Analisa fundamental berarti berusaha meneliti laporan keuangan perusahaan.

Di tahun 1997, mencari data keuangan perusahaan tidak semudah sekarang. Jaringan internet di Indonesia pada saat itu baru sebatas untuk email danseingat sayaBursa Efek Jakarta dan perusahaan-perusahaan publik belum ada yang memiliki website. 

Kenapa tidak di-google saja? tukas anda.

Tidak bisa. Google belum ada karena Google didirikan pada akhir tahun 1998.

Lalu, bagaimana cara mendapatkan data keuangan perusahaan?

Cara termudah yang saya tahu adalah berlangganan surat kabar Bisnis Indonesia dan mengkliping laporan keuangan tahunan perusahaan dari koran tersebut. Silahkan lihat contoh di bawah ini.

Figure 2. Laporan Keuangan Konsolidasi PT Dynaplast Tahun 1996

Mengkliping laporan keuangan menelan waktu dan memakan biaya (langganan koran). Lagipula, untuk analisa fundamental diperlukan data keuangan perusahaan beberapa tahun terakhir, bukan hanya tahun terakhir saja. Artinya saya harus mengkliping dan menyimpan laporan keuangan tahun ini untuk dibandingkan dengan laporan keuangan tahun-tahun berikutnya.

Nah, mengkliping laporan keuangan hanya empat atau lima perusahaan sudah cukup merepotkan. Tapi bagaimana kalau suatu saat saya tertarik menganalisa fundamental suatu perusahaan tapi saya tidak punya kliping laporan keuangannya?

Apa yang harus saya lakukan? Masa sih harus mengkliping laporan keuangan semua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta?

Untung saja ada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang diterbitkan Institute for Economic and Financial Research.

Di dalam ICMD, selain ringkasan laporan keuangan 3 tahun terakhir, juga bisa ditemukan rasio-rasio keuangan perusahan seperti PER (Price-to-Earnings Ratio), PBV (Price to Book Value), Dividend Payout, Dividend Yield, ROI (Return on Investment), ROE (Return on Equity), dan masih banyak lagi data lainnya. Silahkan lihat Figure 3 dan Figure 4.

Figure 3. Indonesian Capital Market Directory Hal.170 PT Dynaplast

Figure 4. Indonesian Capital Market Directory 1996 Hal.171 PT Dynaplast

Bermodal data historikal yang lebih banyak dan lebih lengkap, saya berasumsi bahwa saya akan bisa membuat keputusan investasi saham yang menguntungkan.

Kenyataannya?

Saya tetap saja merugi.

Kok bisa? tanya anda.

Saat itu, saya juga bingung. Barulah beberapa tahun kemudian saya menemukan jawabannya: pergerakan harga saham selalu forward looking (melihat ke depan) sedangkan laporan keuangan (data historikal) adalah melihat ke belakang. (Silahkan baca pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?") Dengan kata lain, membeli saham hanya berdasarkan analisa fundamental (data keuangan) masa lalu bukanlah resep tepat untuk mendapat untung.

Semua waktu dan tenaga yang saya curahkan untuk mengkliping dan menganalisa laporan keuangan sia-sia belaka.

Apa artinya untuk anda?

Artinya, kekuatan analisa bergantung pada logika di balik analisa tersebut, bukan pada jumlah data yang semakin banyak.

Pesan moral:

Kalau saat ini anda sedang belajar menganalisa saham, jangan beranggapan bahwa semakin banyak data historikal yang anda gunakan berarti semakin besar kemungkinan anda mendapat untung dari saham.
 






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Saturday, May 10, 2014

    Apakah Wanita Cocok Main Saham? (Bagian I)

    Kalau anda menonton CNBC, mayoritas komentator di saluran TV tersebut adalah pria. Yang wanita, biasanya, hanyalah si pembawa acara.

    Kalau anda membaca buku-buku tentang investasi ataupun trading saham, penulis buku-buku tersebut mayoritas adalah pria.

    Kalau anda membaca komentar-komentar di blog ini, mayoritas yang berkomentar dan bertanya adalah pria.

    Nah, karena dunia saham adalah seakan-akan dunianya laki-laki, mungkin banyak perempuan yang ragu ketika ia mau mulai belajar main saham.

    "Dunia saham dipenuhi laki-laki," pikir anda. "Kalau aku mau main saham, apakah cocok?"

    Tanpa bertele-tele, saya jawab: Cocok.

    "Jadi, perempuan bisa sukses main saham, termasuk trading saham jangka pendek?" tanya anda lagi.

    Tentu saja.

    Bahkan kalau anda bertanya, "Siapa yang lebih besar kemungkinannya sukses bermain saham, pria atau wanita?", saya akan menjawab tanpa ragu-ragu: wanita.

    "Bung Iyan ini gimana seh?" saya bisa dengar protes dari para pria pembaca blog ini. "Masa iya wanita lebih mungkin sukses main saham daripada pria?"

    Iya banget.

    Menurut saya banyak faktor yang membuat wanita lebih cocok main saham daripada pria. 

    Tidak percaya?

    Mari kita bahas.

     


    I. Ketertarikan pada aktivitas beresiko tinggi

    Anda pernah melihat cuplikan berita Festival San Fermin yang digelar setiap tahun di Pamplona, Spanyol? Itu tuh, festival di mana puluhan ribu orang berkaos putih dan berselendang merah sengaja dikejar banteng-banteng yang sengaja dilepaskan di jalan.

    Coba anda bayangkan: peserta festival membayar biaya mahal mengunjungi Pamplona untuk berlari bersama banteng-banteng yang tidak ragu mengejar dan menanduk mereka. Kalau lagi apes, mereka bisa terluka parah atau bahkan tewas oleh tandukan banteng.

    Hal ini membuat saya bertanya pada diri sendiri: mengapa mereka melakukan itu? Menurut saya, tidak masuk akal ada orang rela membayar mahal untuk dikejar banteng ganas. Tapi nyatanya setiap tahun puluhan ribu orang datang ke Festival San Fermin khusus untuk itu.

    Jadi, mengapa mereka melakukan itu?

    Saya tidak tahu pasti jawabannya tapi, menurut saya, peserta Festival San Fermin rela mengeluarkan uang dan rela menanggung resiko tinggi karena mereka ingin memacu adrenalin, karena mereka suka pada aktivitas beresiko tinggi. Mungkin mereka merasa hidup lebih hidup kalau hidupnya dibayang-bayangi maut.

    Nah, coba anda perhatikan: peserta festival tersebut lebih banyak laki-laki atau perempuan?

    Mayoritas peserta adalah laki-laki.

    Dari contoh di atas bisa kita simpulkan secara umum bahwa priadibanding wanitalebih tertarik pada kegiatan beresiko tinggi. Nah, karena main saham termasuk hal (yang dianggap) beresiko tinggi, tidak heran juga kalau lebih banyak priadibanding wanitayang tertarik main saham.

    Apakah ini berarti, ketika bermain saham, kemungkinan sukses pria lebih besar daripada wanita?

    Tentu saja tidak.

    Tidak ada korelasi/hubungan positif antara suka resiko tinggi dengan sukses main saham. Malahan, yang ada adalah korelasi negatif: makin cinta seseorang pada resiko tinggi, makin besar pula kemungkinan ia GAGAL dalam trading ataupun investasi saham.

    Kok bisa gitu?

    Mari kita telusuri perlahan-lahan.

    Anda sudah baca pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini"?

    Di pos tersebut saya menyatakan bahwa hal paling penting ketika bermain saham adalah Cut-Loss. Mengapa? Karena Cut-loss adalah tindakan tidak membiarkan rugi (resiko) kecil berkembang menjadi rugi (resiko) besar.

    Bagi pecinta resiko tinggi, tindakan mengurangi resiko dengan cut-loss adalah hal yang tidak menarik. Untuk apa berusaha mengecilkan resiko? Mereka justru cinta pada resiko yang besar.

    Nah, semakin tinggi resiko yang mereka tanggung, semakin mereka merasa lebih hidup. Dalam konteks main saham, mereka merasa semakin hidup kalau potensi kerugiannya semakin besar. Tidak heran kalau pecinta resiko tinggi tidak mau cut-loss.

    Apa yang kemungkinan besar terjadi pada pria pecinta resiko tinggi yang tidak pernah mau cut-loss?

    Bangkrut. Amblas. Gagal total.

    Bagaimana dengan wanita?

    Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Apakah Wanita Cocok Bermain Saham? (Bagian II)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]






    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]